Misteri Perayaan Natal sebagai Hari Kelahiran Dewa Matahari

Al Quran menyatakan dengan tegas :
Sungguh benar-benar kafirlah orang yang berkata: “Allah itu adalah Isa Al Masih Putera Maryam” [Qs. Al Maaidah 72].

Dalam bukunya THE PLAIN TRUTH ABOUT CHRISTMAS Herbert W. Armstrong seorang Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat dan juga sebagai kepala editor majalah Kristen "Plain Truth" yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan mengungkap seluruh kebohongan tentang asal usul Natal yang tidak lain dan tidak bukan hanya merupakan sebuah "DAGELAN" kaum Murtadin yang berasal dari peringatan hari lahirnya Dewa Matahari lalu entah siapa yang memulainya telah dijadikan menjadi tanggal lahirnya "yesus" dan perayaan Natal. Belum lagi ditambah berbagai pernik yang tidak masuk akal disekitar "Natal" (Piet hitam, Santa Claus, salju), sebenarnya sudah bisa menjelaskan atas perayaan DAGELAN tersebut.

Lalu ada polemik disebagian umat Islam tentang boleh tidaknya mengucapkan "selamat" hari Natal kepada kawan atau mungkin saudaranya yang kebetulan beragama Nasrani, padahal sudah jelas jangankan mengacu pada Al Quran, dengan mengacu pada temuan temuan atas kebohongan 'misteri natal" saja sudah selayaknya umat Islam menutup mulutnya atas hal itu.

Natal bagi kaum muslimin
Peringatan Natal (ulang tahun kelahiran Yesus) beda sama sekali dengan peringatan Maulid Nabi (peringatan kelahiran Rasulullah saw.) atau dengan proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus. Peringatan Maulid Nabi dan Proklamasi RI sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah mahdah (ritual), yang boleh ditinggalkan atau diselenggarakan, bukan masalah. Sedang Natal dalam Kristen, merupakan ibadah yang musti diperingati setiap tahun sebagaimana kedudukan shalat Ied bagi umat Islam. Bagi umat Islam, peringatan Natal yang dirayakan umat Kristen itu adalah hak asasi mereka. Umat Islam tidak usah menghalang-halangi dan meributkan kemeriahan Natal, selama perayaan itu tidak mengganggu akidah umat Islam.

Namun, perayaan Natal berubah jadi masalah antaragama, ketika ada pihak-pihak Kristen yang ingin mendapatkan sambutan iman dari umat agama lain, terutama Islam. Misal, ingin agar umat Islam mengucapkan ‘Selamat Hari Natal’ pada mereka. Ingin agar umat Islam (terutama para pejabat tinggi negara) ikut merayakan Natal bersama di gereja, dan lain sebagainya. Bagi sebagian umat Kristen, diberi ucapan Selamat Natal oleh umat Islam adalah satu kebanggaan dan kemenangan yang tak ternilai harganya.

Hal ini tercermin dalam tulisan Pendeta (murtadin) Rudy Muhammad Nurdin dalam bukunya:
Sebagai pengikut Nabi Muhammad saw patutlah dan tidak salah muslim juga mengucapkan Salamah Maulid Isa Almasih (Selamat Natal Qurani) …… Kisah Riwayat Nabi Muhammad saw. yang menikah dengan Siti Khadijah, isteri pertama nabi yang pada waktu itu beragama Kristen Nasrani, dan pada waktu itu agama Islam belum ada. Tentu umat pada waktu itu merayakan Maulid Nabi Isa as. yang kemudian diterjemahkan jadi Natal, bahasa yang berasal dari Brasilia (bahasa Latin). Bagi saya baik-baik saja agar Natal diganti dengan Selamat Maulid Isa Alaihisalam” (Selamat Natal Menurut Al Qur’an, hal. 11-12).

Itu sangat mengada-ada. Jangankan Nabi Muhammad, Nabi Isa dan para pengikutnya sampai abad ke-4 saja tidak pernah merayakan ulang tahun kelahiran Nabi Isa. Dari ratusan buku, ensiklopedi, dan hadits yang telah dikaji oleh Tim FAKTA, tak satupun yang menuliskan bahwa Nabi Muhammad pernah merayakan Natalan bersama umat Kristen. Tuduhan Pdt. Nurdin itu adalah kebohongan besar.

Misteri 25 Desember
Para Teolog yang berpikir kritis dan ilmiah, secara jujur mengakui 25 Desember bukan hari lahirnya Yesus. Tabloid Victorius edisi Natal tahun lalu mengungkapkan keheranannya soal Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati.

Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus? Ini masih misterius”.
Dr. J.L. Ch. Abineno menambahkan: “Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak kenal perayaan Natal. Gereja tidak tahu pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data soal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).

Misteri 25 Desember dan kontroversi Natal, asal-usulnya masih diperdebatkan tak ada ujung pangkalnya. Tidak heran jika sebagian kalangan Kristen ada yang merayakan Natal pada 6 Januari, atau 25 Maret, atau 19 April. Bahkan Kristen Advent tidak merayakan Natal sama sekali.

Asal-usul Natal
Akar perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Orang Romawi sekitar abad ke-10 hingga 7 sebelum Yesus lahir (sebelum Masehi) mengenal hari lahirnya Dewa Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan sebutan ‘Saturnalia’. Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, saat mana matahari berada di titik yang paling jauh dari katulistiwa.

Saat matahari memperpanjang kekuatan untuk naik dalam titik balik perjalanan tahun. Saat itulah beberapa daerah di Eropa menjadi siang sepanjang hari tanpa mengalami datangnya malam. Itu pas tanggal 25 Desember. Pada proses itulah perayaan Saturnalia dirayakan dengan pesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral. Mereka menganggap bahwa ini adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang matahari. Itu sebabnya matahari dipuja sebagai Dewa Matahari.

Diadopsi Gereja
Ketika Byzantium berkuasa, kaisar Konstantinus Agung mengkonversi Kristen sebagai agama negara. Banyak gereja didirikan dan semua penduduk di daerah kekuasaan Romawi disuruh masuk Kristen. Maka terjadilah proses Sinkretisme antara agama lama dengan agama Kristen. Gereja mengadopsi kebudayaan masyarakat dengan harapan agar pengikutnya tetap jadi Kristen.


Itu sebabnya pada 355 M, Liberius, Bishop Katolik, memproklamirkan tanggal 25 Desember yang tadinya diperingati sebagai lahirnya Dewa Matahari, mulai saat itu diubah jadi peringatan hari lahirnya Yesus Kristus. Liberius mengaitkan perayaan Saturnalia dengan Yesus sendiri. Dia mendasarkan keputusannya atas keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Dewa Matahari itu. Maka disimpulkan bahwa Yesus adalah sumber segala terang. Bahkan tertulis dalam Injil bahwa Yesus mengaku: “Aku adalah Terang Dunia”.

Dengan demikian, jelaslah bahwa peringatan Natal Yesus Kristus 25 Desember itu bukan ajaran Yesus, tidak ada dalam kitab suci, hanya meniru ajaran agama kafir sebelumnya.seperti layaknya hari Minggu sebagai hari sabbath ( baca selengkapnya disini )

Natal Sang Immanuel
Salah satu ayat yang sering dijadikan motto dalam peringatan Natal adalah Injil Matius 1:23 “Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan dia Immanuel, yang berarti: Allah menyertai kita”.

Ayat tersebut menubuatkan bahwa bayi yang dikandung Maria itu nantinya akan diberi nama Immanuel. Padahal, selama hidupnya Yesus tidak pernah dipanggil Immanuel. Bahkan pada hidupnya pun Yesus tidak mengatakan Immanuel (Allah menyertai kita). Menurut cerita Bibel, ketika menghembuskan nafas terakhir di tiang salib Yesus justru berteriak: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku ? (lihat Injil Matius 27:46).

Kelahiran Yesus versi Al Quran
Al Quran memberikan isyarat kelahiran Nabi Isa di Palestina sebagai berikut:
Goyang-goyangkanlah pohon kurma itu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buahnya yang masak untukmu” (Qs. Maryam 25). 

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Nabi Isa lahir pada musim buah korma. Di Palestina, buah korma bisa masak ketika musim kemarau, yaitu sekitar bulan Agustus sampai dengan awal September. Mustahil Nabi Isa lahir bulan Desember, karena bulan Desember adalah musim dingin yang tidak akan membuahkan musim buah korma masak. Maka jika ada umat Islam yang turut merayakan Natal atau mengucapkan selamat Natal atas kelahiran Yesus, berarti dia mengingkari Al Quran surat Maryam 25. 

[dari berbagai sumber]

Benarkah Harun Yahya Mengklaim Diri Al Mahdi ??

Sheikh imran Hossein pernah mengkritik Harun Yahya. Hal ini terkait tulisan dan perkataan di situs milik Harun Yahya yang terkesan menggiring pengklaiman diri sebagai Al Mahdi. Selain, Syeikh Imran Hossein, Bilal Philips juga mengecam Harun Yahya dan menuding Harun Yahya memiliki agenda tersembunyi.

Tulisan-tulisan itu sendiri sengaja ditaruh di situsnya, awaitedmahdi.com yang memang merupakan subordinasi atau kanal dari situs harunyahya.com. Anda bisa cek sendiri di situs tersebut.


Memang ketika diwawancara Al Jazeera, Harun Yahya menampiknya. Ia mengatakan hanya menulis sebuah buku tentang Imam Mahdi yang merujuk kepada Hadis Nabi. Dari beberapa hadis itu terlihat beberapa kesan yang akhirnya menggambarkan Al Mahdi dalam rupa dirinya. Namun anehnya, ketika saya cross check lebih jauh hadis-hadis yang diambil oleh Harun Yahya tidak sedikit yang itu bukanlah hadis, bahkan beberapa perkataan Tokoh Agama maupun Ulama ia masukkan walaupun dalam judul besar dikatakan sebuah hadis. Apakah ini kesengajaan? Ataukah ini kekhilafan dari sebuah tokoh yang sudah banyak menulis tentang akhir zaman? Wallahua'lam.

Salah satu butir kontroversial di situs Harun Yahya tersebut adalah sebuah pernyataan yang ia katakan bahwa tahun 1956 adalah tahun yang sangat penting di akhir zaman. “The significance of the year 1956 in terms of the end times.” Tahun 1956 adalah tanda dunia akan menuju sebuah tatanan yang adil.


Kita ketahui bersama bahwa tahun 1956 adalah tahun dimana Harun Yahya lahir. Meski disitus tersebut pernyataan ini dikatakan sebagai sebuah hadis, anehnya tidak ada riwayat satupun yang tertera. Situs tersebut hanya menukil perkataan Said Nursi dan Adendum Emirdag yang mengotak-atik numerologi ayat Qur'an dan mengatakan bahwa tahun 1956 sebagai tahun runtuhnya sistem kemunafikan di seluruh dunia. Apakah betul seperti itu? Nyatanya hingga tahun 2011, jangankan seluruh dunia, Turki pun dalam pandangan saya belum bisa lepas dari kemunafikan.

Situs Harun Yahya tersebut juga mengatakan bahwa Al Mahdi sebenarnya lahir di sebuah kota besar yang kelak menjadi Istanbul. Dalam situs tersebut ditulis,
Hazrat Mahdi (as) will apear from Turkey and will never leave until the end of his struggle”.
Hazrat Mahdi (as) will spiritually capture Istanbul
Kita ketahui Harun Yahya sendiri besar di Turki. Pertanyaannya adalah betulkah ada hadis yang mengatakan Al Mahdi muncul di Turki? Sebagai umat muslim kita hanya bisa menjawab jika merujuk kepada hadis Rasulullah SAW yang bersabda,

Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)

Anehnya awaitedmahdi.com, juga mengatakan bahwa Al Mahdi ketika muncul tidak bisa berbahasa Arab. "Hazrat Mahdi (as) will not speak Arabic very well, but he will bear a close moral resemblance to our prphet (saas)".Padahal Al Mahdi jelas-jelas muncul di Madinah dan ia masih keturunan Rasulullah SAW. Al Mahdi pun akan menjadi kholifah umat muslim di akhir Zaman. Secara logika, bagaimana mungkin seorang Kholifah tidak bisa berbahasa Arab? Apakah ini masih terklait dengan Harun Yahya yang memang tidak terampil berbahasa Arab? Allahua’lam.


Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera ( sayangnya video yang di unggah di youtube sudah tidak tersedia lagi karena klaim hakcipta dari A9 TV ). Harun Yahya juga meragukan keakuratan bahwa nama Al Mahdi sebenarnya adalah Ahmad atau Muhammad. Selanjutnya ia menekankan bahwa nama aseli Al Mahdi adalah Adnan. Kita ketahui bersama Harun Yahya selama ini hanyalah nama pena. Sedangkan nama aseli beliau adalah Adnan Oktar. Inilah yang dikecam Syeikh Imran, beliau mengatakan Islam tidak mengenal nama pena atau samaran. Hal itu haruslah dihindari setiap sarjana Islam agar apa yang dikatakannya sesuai apa yang ia tulis.

Maka marilah kita merujuk kepada Hadis Nabi tentang perkara nama Al Mahdi. Rasulullah SAW, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: “Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku.

Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285) dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)

Oleh karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dia adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan Fathimah) Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik, memberinya pemahaman serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)

Sebelumnya sosok Harun Yahya, dengan segala kelebihannya juga tidak lepas dari kritik. Harun Yahya sampai kini tidak menganggap Syiah keluar dari Islam. Hal ini dipertegas olehnya, saat melakukan wawancara dengan wartawan Al Jazeera di Istanbul 6/08/2007. Ia mengatakan, “I love all Muslims in Turkey and worldwide, and I make no distinction on the basis of school or sect. I respect them all. There is no difference between Sunni and Shia. The same applies to the Ihvan-i Muslim. They are also my brothers. I regard them as totally sincere. We all pray in the same direction. We share the same Book. These elements all make us one.”

Maka tak heran dalam menjelaskan ciri-ciri Al Mahdi, beliau banyak menukil dari riwayat Imam Jafar As Sadiq yang banyak diselewengkan oleh Syiah. Salah satunya ialah penjelasan bahwa umat Islam nanti akan bisa mendengarkan perkataan Al Mahdi lewat sebuah terjemahan.

Jaffar Sadik said that people all over the world would be able to listen to Hazrat Mahdi's (as) words instantaneously through simultaneous translations

Padahal jelas sekali, Syiah sudah berbeda akidah dengan agama Islam. Kita tidak bisa menyebut mereka sebagai salah satu aliran dalam Islam. Dan itu baru satu kasus. Allah jelas sekali menjaga akidah dan perkataan Al Mahdi yang selaras dengan akidah Islam. Bukan Al Mahdi yang masih mengganggap orang yang menghina Sahabat Nabi dan menganggap Al Qur’an itu palsu sebagai bagian dari Islam.

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dgn keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898).

Mason Ritual Hidden Camera. Harun Yahya (Adnan-Oktar)= 33th degree Mason Grandmaster.

Jadi, kalaulah memang Harun Yahya menampik diri sebagai Al Mahdi, kenapa penjelasan sesat tentang Al Mahdi masih saja nangkring di situsnya dan belum juga turun meski beberapa ulama seperti Bilal Philips dan Syeikh Imran Hossein sudah mengkritiknya berkali-kali.

Masih banyak sebenarnya data-data keliru yang dijadikan indikasi atau penjelasan sosok Al Mahdi dalam situs tersebut. Seperti pernyataannya yang mengatakan Al Mahdi berasal dari Kaukasus. "Hazrat Mahdi (as) will come from the Caucasus".Kita ketahui bersama Harun Yahya alias Adnan Oktar adalahseorang keturunan sayyid atau habib yang bermigrasi ke Kaukasus selama invasi Hulagu. Asal-usul Beslen Arslan Kasayev, kakek Omer Bey, kakek Mr. Oktar, kembali ke dinasti Nogay.Keluarga ini juga dikenal sebagai Arslanogullari (anak-anak Arslan) dan merupakan salah satu dari dua puluh satu keluarga sayyid yang namanya muncul dalam dokumen yang disiapkan untuk gubernur Kaukasus pada 1827.

Semoga Harun Yahya benar-benar sadar atas kekeliruan ini. Sungguh fitnah akhir zaman benar-benar dahsyat. Allahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)

[ sumber ]
Back To Top