Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk Shahabiyah Anshor, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai teropet. Nabipun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Robbihi pulang dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi. Dalam tidurnya, beliau diajari cara beradzan.” (HR. Abu Daud, shahih)
“Siapa yang meniru suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut,” (HR. Abu Daud).
“Kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kalian ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, "Apakah yang engkau maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR Bukhari).
----------------DAN DI BAWAH INI, BACA PERLAHAN KAWAN------------------
Tradisi meniup terompet ini pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir setan. Orang-orang Yahudi belakangan melakukan hal itu sebagai kegiatan ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan menghancurkan dunia. Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu perayaan tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet”, yang biasa jatuh pada bulan September atau Oktober. Bentuk terompet yang melengkung melambangkan tanduk domba yang dikorbankan dalam peristiwa pengorbanan Isaac (Nabi Ishaq dalam tradisi Muslim). Hal ini sangat berbeda dengan ajaran Islam yang menetapkan bahwa Nabi Ismail-lah, saudara Nabi Ishaq, yang diminta Allah untuk dikorbankan.
“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”
The World Book Encyclopedia tahun 1984 (volume 14, halaman 237) menjelaskan makna tanggal 1 Januari. Perayaan tahun baru 1 Januari memiliki sejarah panjang di mana orang Romawi mempersembahkan tanggal ini kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan waktu.

Nama Dewa Janus dalam literatur paganisme adalah sesembahan kaum penyembah setan sejak zaman Yunani kuno. Sejarah budaya penyembah setan ini pun sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) dan dikawal oleh kelompok paganisme Freemason (Masonic). Kelompok Freemason yang berperan besar menyuburkan budaya ini agar manusia baik yang atheis ataupun beragama-termasuk yang beragama Islam teralihkan perhatiannya dari ajaran agama menjadi penyembah satanisme.
Dalam perayaan tahun baru kita dapat melihat ajaran, pemikiran Yahudi juga ada di dalamnya. Meniup terompet contohnya, kita sangat faham bahwa terompet adalah alat ciptaan Yahudi. Semula, budaya meniup terompet ini merupakan ciri khas masyarakat Yahudi saat menyambut datangnya "Rosh Hasanah" atau tahun baru Taurat, yang jatuh pada bulan ketujuh atau tanggal 1 bulan Tishri dalam kalender Ibrani kuno.
Alkitab Imamat 23;24:
“Katakanlah kepada orang-orang Isra’el, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai (terompet), yakni hari pertemuan kudus” (Imamat 23:24)
Pada malam tahun baru itu, masyarakat Yahudi melakukan "introspeksi diri" dengan tradisi meniup shofa, alat musik sejenis terompet. Terompet shofa diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum Masehi. Awalnya, diperuntukkan untuk keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam militer terutama untuk penanda saat akan berperang. Kemudian di jadikan sebagai alat musik pada masa pertengahan Renaisance hingga saat ini. Bunyi shofa itu mirip sekali dengan bunyi terompet kertas yang dibunyikan di sini, di Indonesia di setiap malam Tahun Baru.
Kelompok Freemason terus menggelar perayaan ini. Para masonik di semua belahan dunia dikabarkan sudah berkumpul di beberapa loji mereka untuk menyambut tahun baru.Mereka mempersiapkan The New World Order.
Dan, Topi Tahun Baru yang berbentuk kerucut (juga sering di pake sebagai topi ulang tahun, atau perayaan lainnya ) adalah topi yang disebut SANBENITO. Topi ini digunakan orang Islam Andalusia (di wilayah Spanyol sekarang) untuk menandai bahwa mereka telah murtad. Saat itu Andalusia di bawah penindasan Gereja Katholik Roma yang menerapkan inkuisi Spanyol. Ini terkait juga dengan Sejarah perang salib, di mana saat itu Andalusia telah takluk di tangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand. Lain waktu di tulis soal perang salib ini-kalo mood.
SANBENITO, pakaian dan topi khas yang dipakaikan kepada tawanan muslim yang telah menyerah dan mau "conferso" (confert=murtad). Pakaian itu untuk membedakan penduduk muslim yang murtad (converso) dengan penduduk lainnya ketika berjalan di tempat-tempat umum di Andalusia. Jadi, sekarang bagi kalian para muslim yang sedang senang-senang, hindarilah itu. Setidaknya jangan ikut-ikutan beli terompet, lalu di tiup persis orang latah. Ini juga bukan sedang mengkafir-kafirkan kalian, cuma ada baiknya untuk jalan aman, hindarilah itu. Enggak lucukan, hanya gara-gara pengin senang-senang, secara otomatis kalian murtad "DI MATA" ALLAH SWT....
Gimana.... paham kan maksudku?